ARTIKEL
TAWURAN ANTAR
PELAJAR
Artikel diajukan dalam Rangka Memenuhi
Tugas UAS (Ujian Akhir Semester)
“ CIVIC EDUCATION ”
Dosen
Pengampuh :
Irfan Tamwifi, M.Ag
Disusun oleh :
Syarifah Nadiyah (D07214021)
PGMI-A
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2014
TAWURAN ANTAR PELAJAR
Perkelahian,
atau yang sering disebut tawuran sering terjadi diantara pelajar. Namun, mengapa
tawuran antar pelajar ini merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah
oleh masyarakat di Indonesia?. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa
tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota
besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju.
Para pelajar remaja yang sering
melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di luar
sekolah. Tawuran tersebut telah menjadi kegiatan yang turun-temurun pada
sekolah tersebut. Sehingga tidak heran apabila ada yang berpendapat tawuran
sudah membudaya atau sudah menjadi tradisi pada sekolah tertentu. Masalah ini bukan perkara baru dan jangan dianggap remeh.
Padahal masalah tawuran antar pelajar akan membawa dampak panjang , bukan hanya
bagi pelajar yang terlibat, namun juga untuk keluarga, sekolah, serta
lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Perkelahian ini
sering terjadi bukan hanya dari pelajar SMA tetapi juga pelajar SMP. Terlihat
dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korbannnya cenderung meningkat.
Tawuran yang sering terjadi apabila dapat dikatakan hampir setiap bulan,
minggu, bahkan mungkin tiap hari selalu terjadi perkelahian antar pelajar yang kadang-kadang berujung dengan hilangnya
pelajar secara sia-sia. Pelajar yang seharusnya menimba ilmu di sekolah untuk
masa depan yang lebih baik untuk menjadi penerus bangsa malah berkeliaran di
luar.
Tawuran pelajar yang terjadi
bertubi-tubi, telah mencapai taraf yang memprihatinkan. Pernahkah kita
berfikir, mengapa anak-anak tega membunuh temannya sendiri? Apakah tidak ada
andil dari pihak lain yang menyebabkan anak tega melakukan tindakan seperti
ini?
Banyaknya tawuran antar pelajar di kota-kota
besar Indonesia merupakan fenomena yang menarik untuk dibahas dan dicari jalan
keluarnya untuk mengatasi masalah tawuran antar pelajar. Perkelahian yang dilakukan oleh sesama pelajar ini sangat
merugikan pihak selain para pelajar itu sendiri, dan untuk mencari jalan
penyelesaian terbaik dalam menekan permasalahan ini agar tidak terus menerus
dalam kehidupan para pelajar dan tidak berdampak buruk pada masa depan mereka.
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian
atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang.
Di Indonesia, tawuran telah menjadi tradisi, atau bahkan
budaya. Perilaku menyimpang ini biasanya diakibatkan oleh masalah-masalah
sepeleh atau biasa saja yang disebabkan oleh hal-hal serius yang menjurus pada
tindakan kekerasan.
Dan belakangan ini tawuran semakin marak di kalangan
pelajar. Tawuran antar pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat
mengganggu ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Saat ini, tawuran
antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah atau sekitar saja,
namun terjadi di jalan-jalan umum, dan mengakibatkan pengrusakan fasilitas
publik. Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru, dan
masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk
melerainya, sampai akhirnya melibatkan kepolisian.
Hal ini dikarenakan senjata yang dibawa oleh pelajar-pelajar yang dipakai
pada saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan
tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu,
seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan kayu). Mereka juga memakai
senjata tajam senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya pisau,
besi, dan lainnya.
Penyimpangan seperti tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat
menghilangkan nyawa seseorang. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa
seorag pelajar yang tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan
hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil?
Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini
biasanya dipicu karena permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok
yang menyebabkan pengelompokan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok
anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin. Pengelompokan
tersebut yang biasanya dikenal dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran
antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok yang beda sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tawuran antar pelajar yaitu:
Ø Tawuran
antar pelajar bisa saja terjadi karena ketersinggungan salah satu kawannya.
Mungkin dari
kita pernah mendengar tawuran antar pelajar yang yang dipicu karena
ketersinggungan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat
berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan
pribadi, rebutan perempuan, dipalak, dan lain sebagainya.
Ø Permasalahan
yang sudah mengakar, dalam arti sejarah yang menyebabkan pelajar-pelajar dua
sekolah saling bermusuhan.
Terkadang
permasalahan tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan
yang sudah ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya
cerita-cerita yang menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan yang
membuat generasi berikutnya terpicu melakukan hal yang sama.
Seperti
contohnya, antara sekolah A dengan sekolah B adalah musuh abadi, dimana
masing-masing sekolah akan melakukan hal yang antipati terhadap sekolah lain.
Biasanya, akan ada pelajar yang menjadi perbincangan, semacam tokoh bagi
sekolahnya, karena kehebatannya pada waktu berkelahi.
Ø Jiwa
premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.
Premanisme
bukan istilah yang asing lagi kita dengar. Mereka cenderung memiliki sifat
dengan memakai kekerasan fisik dalam menyelesaikan masalahnya. Mereka mengukur
kemenangannya karena kekuatan fisiknya, bukan intelektualitasnya. Padahal,
premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar, yang dituntut
kecerdasan berpikir, kecerdasan menglola emosi, dan lain-lain.
Jiwa
premanisme dalam jiwa pelajar dapat dihilangkan karena tidak muncul begitu saja,
ia disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui faktor
penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar.
Beberapa
contohnya adalah tayangan-tayangan di televisi, baik film ataupun liputan
berita yang menceritakan atau sengaja mengekspose tema-tema kekerasan dapat
mempengaruhi psikis remaja. Kekerasan yang terjadi di rumah juga mempengaruhi
psikis individu remaja, karena akan menyebabkan trauma atau kekerasan beruntun
yang diakibatkan karena menganggap kekerasan adalah hal yang wajar.
Acara awal
tahun, orientasi sekolah yang dimana para pelajar baru diwajibkan mengikuti
kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan mengenali
sekolah, unuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan oleh
para senior untuk ajang balas dendam dari apa yang ia terima pada waktu yang
sama saat ia menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan pola
militer. Hal inilah yag menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang
semacam ini terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar dari pola
yang berleihan, diperlukan adanya pengawasan dari pihal sekolah dan turunnya
langsung pengajar dalam kegiatan ini. Karena kedisiplinan berbeda dengan
kekerasan, yang seharusnya menjadi tantangan setiap panitia kegiatan dalam
mengemas ide, gagasan acara pada waktu perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang
inovatif, dan kreatif.
Ø Faktor diri
remaja itu sendiri
Faktor ini
terjadi didalam diri individu itu sendiri yang keliru dalam menyelesaikan
permasalahan di sekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja
yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan
yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keanekaragaman pandangan ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang
semakin lama semakin bermacam-macam. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan
pada setiap orang. Tetapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang
mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan
dirinya. Mereka biasanay mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah,
menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih
menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang suka
berkelahi, biasanya mereka yang mengalami konflik batin, mudah frustasi,
memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan
memiliki perasaan rendah diri yag kuat. Para remaja yang mengalami hal ini akan
tergesa-gesa dalam memechkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu
apakah akibat yang ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja
juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah
frustasi, tidak mudah mengendalikan diri, dan tidak peka terhadap orang-orang
di sekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya
ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
Ø Faktor
keluarga
Keluarga
merupakan tempat dimana pendidikan pertama dari orang tua diterapkan. Jika
seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan dalam keuarganya maka
setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan
karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Rumah tangga yang
dipenuhi kekerasan jelas berdampak pada anak. Anak ketika meningkat remaja,
belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga kekerasan adalah
hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang
terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang
tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu
bergabung dengan teman-temanya, ia akan menyerahkan dirinya secara total
terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yag dibangunnya. Selain itu
ketidakharmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan
oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak
menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya
psikologi bagi setiap anak terutama pada masa remaja. Jadi disinilah peran
orang tua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berperilaku baik.
Ø Faktor
sekolah
Sekolah
pertama-tama buka dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya
menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas
pengajarannya itu. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang
siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang
tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dan
sebagainya) akan menyebabkan siswaya lebih senang melakukan kegiatan di luar
sekolah bersama teman-temannya.
Sekolah
tidak hanya menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai
secara akhlaknya. Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri
menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa mejadi wadah unutuk siswa menjadi
tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu.
Contohnya di sekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak
memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muridnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para
siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
yang memiliki kepribadian baik.
Ø Faktor
lingkungan
Lingungan
baik rumah maupun sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja, juga membawa
dampak terhadap munculnya perkelahian.
Misalnya
lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku
buruk dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan
kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung munculnya perilaku
berkelahi. Seorang remaja yang tinggal di lingkungan rumah yang tidak baik akan
menjadi remaja tersebut ikut menjadi remaja yang tidak baik. Kekerasan yang
sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan di pikran para remaja. Hal
ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu senggang oleh para pelajar di sekitar rumahnya juga bisa
mengakibatkan tawuran.
Dampak yang
disebabkan karena tawuran pelajar yaitu:
Ø Kerugian
fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik luka
berat, ringan. Bahkan sampai kematian
Ø Masyarakat
sekitar juga dirugikan.
Contohnya:
rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan
mengenai rumah warga.
Ø Terganggunya
proses belajar mengajar
Ø Menurunnya
moralitas para pelajar
Ø Hilangnya
perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
Berikut ini
beberapa solusi untuk mengurangi terjadinya tawuran antar pelajar yaitu:
Ø Para siswa
wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak dapat terselesaikan
dengan jalan kekerasan.
Ø Untuk para
pendidik, lakukanlah komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para
pelajar untuk mngajarkan cinta kasih.
Ø Pengajaran
ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan
bukan untuk menyakiti orang lain.
Ø Ajarkan ilmu
sosial budaya, karena ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar
khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
Ø Pihak sekolah
harus benar-benar tegas, dan memberikan sangsi seberat-beratnya bagi siswa yang
terlibat tawuran.
Ø Bagi para
orang tua, mulailah jadi sahabat anak-anaknya. Jangan jadi polisi, hakim atau
orang asing dimata anak. Hal ini sangat penting untuk memasuki dunia mereka dan
mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan. Jadi kalau ada masalah
dalam kehidupan mereka, orang tua bisa segera ikut menyelesaikan dengan bijak
dan dewasa. Menjaga dan menjalin komunikasi
antara anak dan orang tua dengan baik. Orang tua harus selalu memantau
puteranya terutama pada waktu pulang sekolah. Memberikan pendidikan disiplin
dari usia dini. Bagi orang tua yang sibuk, saya menyarankan agar aaputeranya
disekolahkan dengan reportasi baik. Menjaga keharmonisan keluarga. Diajarkan
berperilaku sopan dan tanggung jawab. Selalu mengingatkan pada puteranya saat
berangkat sekolah.
Ø Buat sekolah
khusus dalam lingkungan yang penuh disiplin dan ketertiban bagi mereka yang
terlibat tawuran. Ini adalah cara untuk memutus dendam dan masalah dalam dunia
pelajar. Jadi siapapun dan dari sekolah manapun yang terlibat tawuran, segera
tangkap dan masukkan dalam sekolah khusus yang memiliki kurikulum yang khusus
bagi mereka. Dengan jalan tersebut, setidaknya teman atau adik kelas mereka tak
akan lagi terpengaruh oleh ide-ide gila anak-anak yang suka tawuran ini.
Ø Perbanyaklah
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan yang biasa dilakukan sehabis
selesai kegiatan belajar mengajar dapat mencegah sang pelajar dari
kegiatan-kegiatan negatif. Misalnya ekskul futsal, setelah selesai futsal
pelajar pasti kelelahan sehingga tidak ada waktu untuk keluyuran malam atau
hang out dengan teman lainnya.
Ø Pengembangan
bakat dan minat pelajar
Pengembangan
dan minat ini bisa mngarahkan potensi dan bakat mereka yang terpendam.
Ø Pendidikan
agama sejak dini. Pendidikan agama ini sangat penting sekali, karena apabila seorang
pelajar memiliki basic agama yang baik tentunya bisa mencegah pelajar tersebut
untuk berbuat tidak terpuji karena mereka mengetahui akibatnya dari perbuatan
tersebut.
Ø Boarding school (sekolah berasrama). Ini merupakan salah satu
alternatif mencegah pelajar dari tawuran. Biasnya di skolah ini, waktu belajar
lebih lama dari sekolah umum. Ada yang sampai jam 4 sore, setelah maghrib ngaji
atau pelajaran agama. Selesai isya’ pelajar biasanya pergi ke perpustakaan
untuk belajar atau mengerjakan tugas. Jam 8 malam, pelajar baru bisa
beristirahat atau lainnya. Sekolah ini sangat efektif menurut saya, pelajar
tidak ada waktu untuk berinteraksi dengan dunia luar karena kesibukan mereka.
Ø Banyak mawas
diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap
kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dak tidak menuntun.
Ø Memberikan
kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat.
Ø Memberikan
untuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang
serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja
Ø Memberikan
pendidikan mora untuk para pelajar
Ø Menghadirkan
seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya
seorang guru, orang tua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar
untuk selalu bersikap baik.
Ø Memberikan
perhatian yang lebih untuk para remaja yang sedang mencari jati diri.
Ø Memfalisitasi
para pelajar agar bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat di waktu
luangnya. Contohnya: membentuk ikatan remaja masjid atau karang taruna dan
membuat acara-acara yang bermanfaat.
Tawuran
merupakan kegiatan yang menmbulkan dampak negatif bagi pelakunya dan biasanya
menimbulkan korban. Tawuran biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal
dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja
maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung
begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.
Secara psikologis, kenakalan remaja yang
berupa tawuran ini merupakan wujud konflik-konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa remaja. Namun, ada kalanya
trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari
lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi
ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada kenyataannya orang
cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum pelaku kenakalan
remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya tersebut.
Untuk
meminimalisir terjadinya tawuran antar pelajar, yaitu dengan menata kembali
emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Karena emosi dan perasaan mereka rusak
karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman maupun
lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja
tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik
psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi
lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.
Untuk
meminimalisir terjadinya tawuran dengan cara berikut:
o Prinsip
keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang
dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, dan juga mereka yang
berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
o Adanya
motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya .
o Kemauan
orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
o Remaja
pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan
denga siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
o Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
o Pemberian ilmu
yang bermakna yang terkandung dalam pengetahuan dengan memanfaatkan film-film
yang bernuansa moral, media massa ataupun perkembangan teknologi lainnya.
o Memberikan
lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman anak-anak yang baik, akan
banyak membantu mengurangi kenakalan remaja.
o Membentuk
suasana sekolah yang kondusif, nyaman buat remaja agar dapat berkembang sesuai
dengan tahap perkembangan remaja.
thanks artikelnya..
BalasHapusIKUTI EMTEK GOES TO CAMPUS 2017 DI BANDUNG
BalasHapusArtikelnya bagus, komprehnsif. Selamat Good job!
BalasHapusPengen make artikel ini deh tpi yg b.inggris
BalasHapusPengen make artikel ini deh tpi yg b.inggris
BalasHapus