Rabu, 01 Juli 2015

ARTIKEL TAWURAN ANTAR PELAJAR


ARTIKEL
TAWURAN ANTAR PELAJAR
 Artikel diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas UAS (Ujian Akhir Semester)
CIVIC EDUCATION
Description: D:\PT\uin.jpg

















Dosen Pengampuh :
Irfan Tamwifi, M.Ag

Disusun oleh :
Syarifah Nadiyah (D07214021)
PGMI-A
                                                 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2014





TAWURAN ANTAR PELAJAR
Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran sering terjadi diantara pelajar. Namun, mengapa tawuran antar pelajar ini merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di Indonesia?. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju.
Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di luar sekolah. Tawuran tersebut telah menjadi kegiatan yang turun-temurun pada sekolah tersebut. Sehingga tidak heran apabila ada yang berpendapat tawuran sudah membudaya atau sudah menjadi tradisi pada sekolah tertentu. Masalah ini bukan perkara baru dan jangan dianggap remeh. Padahal masalah tawuran antar pelajar akan membawa dampak panjang , bukan hanya bagi pelajar yang terlibat, namun juga untuk keluarga, sekolah, serta lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Perkelahian ini sering terjadi bukan hanya dari pelajar SMA tetapi juga pelajar SMP. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korbannnya cenderung meningkat. Tawuran yang sering terjadi apabila dapat dikatakan hampir setiap bulan, minggu, bahkan mungkin tiap hari selalu terjadi perkelahian antar pelajar  yang kadang-kadang berujung dengan hilangnya pelajar secara sia-sia. Pelajar yang seharusnya menimba ilmu di sekolah untuk masa depan yang lebih baik untuk menjadi penerus bangsa malah berkeliaran di luar.
Tawuran pelajar yang terjadi bertubi-tubi, telah mencapai taraf yang memprihatinkan. Pernahkah kita berfikir, mengapa anak-anak tega membunuh temannya sendiri? Apakah tidak ada andil dari pihak lain yang menyebabkan anak tega melakukan tindakan seperti ini?
Banyaknya tawuran antar pelajar di kota-kota besar Indonesia merupakan fenomena yang menarik untuk dibahas dan dicari jalan keluarnya untuk mengatasi masalah tawuran antar pelajar. Perkelahian yang  dilakukan oleh sesama pelajar ini sangat merugikan pihak selain para pelajar itu sendiri, dan untuk mencari jalan penyelesaian terbaik dalam menekan permasalahan ini agar tidak terus menerus dalam kehidupan para pelajar dan tidak berdampak buruk pada masa depan mereka.
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang.
Di Indonesia, tawuran telah menjadi tradisi, atau bahkan budaya. Perilaku menyimpang ini biasanya diakibatkan oleh masalah-masalah sepeleh atau biasa saja yang disebabkan oleh hal-hal serius yang menjurus pada tindakan kekerasan.
Dan belakangan ini tawuran semakin marak di kalangan pelajar. Tawuran antar pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Saat ini, tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah atau sekitar saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, dan mengakibatkan pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru, dan masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk melerainya, sampai akhirnya melibatkan kepolisian.
Hal ini dikarenakan senjata yang dibawa oleh pelajar-pelajar yang dipakai pada saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan kayu). Mereka juga memakai senjata tajam senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya pisau, besi, dan lainnya.
Penyimpangan seperti tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa seorag pelajar yang tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil?
Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu karena permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengelompokan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin. Pengelompokan tersebut yang biasanya dikenal dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok yang beda sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tawuran antar pelajar yaitu:
Ø  Tawuran antar pelajar bisa saja terjadi karena ketersinggungan salah satu kawannya.
Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar pelajar yang yang dipicu karena ketersinggungan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak, dan lain sebagainya.
Ø  Permasalahan yang sudah mengakar, dalam arti sejarah yang menyebabkan pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
Terkadang permasalahan tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan yang sudah ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya cerita-cerita yang menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan yang membuat generasi berikutnya terpicu melakukan hal yang sama.
Seperti contohnya, antara sekolah A dengan sekolah B adalah musuh abadi, dimana masing-masing sekolah akan melakukan hal yang antipati terhadap sekolah lain. Biasanya, akan ada pelajar yang menjadi perbincangan, semacam tokoh bagi sekolahnya, karena kehebatannya pada waktu berkelahi.
Ø  Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.
Premanisme bukan istilah yang asing lagi kita dengar. Mereka cenderung memiliki sifat dengan memakai kekerasan fisik dalam menyelesaikan masalahnya. Mereka mengukur kemenangannya karena kekuatan fisiknya, bukan intelektualitasnya. Padahal, premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar, yang dituntut kecerdasan berpikir, kecerdasan menglola emosi, dan lain-lain.
Jiwa premanisme dalam jiwa pelajar dapat dihilangkan karena tidak muncul begitu saja, ia disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui faktor penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar.
Beberapa contohnya adalah tayangan-tayangan di televisi, baik film ataupun liputan berita yang menceritakan atau sengaja mengekspose tema-tema kekerasan dapat mempengaruhi psikis remaja. Kekerasan yang terjadi di rumah juga mempengaruhi psikis individu remaja, karena akan menyebabkan trauma atau kekerasan beruntun yang diakibatkan karena menganggap kekerasan adalah hal yang wajar.
Acara awal tahun, orientasi sekolah yang dimana para pelajar baru diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan mengenali sekolah, unuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan oleh para senior untuk ajang balas dendam dari apa yang ia terima pada waktu yang sama saat ia menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan pola militer. Hal inilah yag menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang semacam ini terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar dari pola yang berleihan, diperlukan adanya pengawasan dari pihal sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini. Karena kedisiplinan berbeda dengan kekerasan, yang seharusnya menjadi tantangan setiap panitia kegiatan dalam mengemas ide, gagasan acara pada waktu perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang inovatif, dan kreatif.
Ø  Faktor diri remaja itu sendiri
Faktor ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan di sekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tetapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanay mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang suka berkelahi, biasanya mereka yang mengalami konflik batin, mudah frustasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yag kuat. Para remaja yang mengalami hal ini akan tergesa-gesa dalam memechkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah frustasi, tidak mudah mengendalikan diri, dan tidak peka terhadap orang-orang di sekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
Ø  Faktor keluarga
Keluarga merupakan tempat dimana pendidikan pertama dari orang tua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan dalam keuarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan jelas berdampak pada anak. Anak ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga kekerasan adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temanya, ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yag dibangunnya. Selain itu ketidakharmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologi bagi setiap anak terutama pada masa remaja. Jadi disinilah peran orang tua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berperilaku baik.
Ø  Faktor sekolah
Sekolah pertama-tama buka dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya itu. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dan sebagainya) akan menyebabkan siswaya lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya.
Sekolah tidak hanya menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya. Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa mejadi wadah unutuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya di sekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muridnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian baik.
Ø  Faktor lingkungan
Lingungan baik rumah maupun sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian.
Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung munculnya perilaku berkelahi. Seorang remaja yang tinggal di lingkungan rumah yang tidak baik akan menjadi remaja tersebut ikut menjadi remaja yang tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan di pikran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar di sekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
Dampak yang disebabkan karena tawuran pelajar yaitu:
Ø  Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik luka berat, ringan. Bahkan sampai kematian
Ø  Masyarakat sekitar juga dirugikan.
Contohnya: rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga.
Ø  Terganggunya proses belajar mengajar
Ø  Menurunnya moralitas para pelajar
Ø  Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
Berikut ini beberapa solusi untuk mengurangi terjadinya tawuran antar pelajar yaitu:
Ø  Para siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak dapat terselesaikan dengan jalan kekerasan.
Ø  Untuk para pendidik, lakukanlah komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mngajarkan cinta kasih.
Ø  Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
Ø  Ajarkan ilmu sosial budaya, karena ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
Ø  Pihak sekolah harus benar-benar tegas, dan memberikan sangsi seberat-beratnya bagi siswa yang terlibat tawuran.
Ø  Bagi para orang tua, mulailah jadi sahabat anak-anaknya. Jangan jadi polisi, hakim atau orang asing dimata anak. Hal ini sangat penting untuk memasuki dunia mereka dan mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan. Jadi kalau ada masalah dalam kehidupan mereka, orang tua bisa segera ikut menyelesaikan dengan bijak dan dewasa. Menjaga dan menjalin komunikasi  antara anak dan orang tua dengan baik. Orang tua harus selalu memantau puteranya terutama pada waktu pulang sekolah. Memberikan pendidikan disiplin dari usia dini. Bagi orang tua yang sibuk, saya menyarankan agar aaputeranya disekolahkan dengan reportasi baik. Menjaga keharmonisan keluarga. Diajarkan berperilaku sopan dan tanggung jawab. Selalu mengingatkan pada puteranya saat berangkat sekolah.
Ø  Buat sekolah khusus dalam lingkungan yang penuh disiplin dan ketertiban bagi mereka yang terlibat tawuran. Ini adalah cara untuk memutus dendam dan masalah dalam dunia pelajar. Jadi siapapun dan dari sekolah manapun yang terlibat tawuran, segera tangkap dan masukkan dalam sekolah khusus yang memiliki kurikulum yang khusus bagi mereka. Dengan jalan tersebut, setidaknya teman atau adik kelas mereka tak akan lagi terpengaruh oleh ide-ide gila anak-anak yang suka tawuran ini.
Ø  Perbanyaklah kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan yang biasa dilakukan sehabis selesai kegiatan belajar mengajar dapat mencegah sang pelajar dari kegiatan-kegiatan negatif. Misalnya ekskul futsal, setelah selesai futsal pelajar pasti kelelahan sehingga tidak ada waktu untuk keluyuran malam atau hang out dengan teman lainnya.
Ø  Pengembangan bakat dan minat pelajar
Pengembangan dan minat ini bisa mngarahkan potensi dan bakat mereka yang terpendam.
Ø  Pendidikan agama sejak dini. Pendidikan agama ini sangat penting sekali, karena apabila seorang pelajar memiliki basic agama yang baik tentunya bisa mencegah pelajar tersebut untuk berbuat tidak terpuji karena mereka mengetahui akibatnya dari perbuatan tersebut.
Ø  Boarding school (sekolah berasrama). Ini merupakan salah satu alternatif mencegah pelajar dari tawuran. Biasnya di skolah ini, waktu belajar lebih lama dari sekolah umum. Ada yang sampai jam 4 sore, setelah maghrib ngaji atau pelajaran agama. Selesai isya’ pelajar biasanya pergi ke perpustakaan untuk belajar atau mengerjakan tugas. Jam 8 malam, pelajar baru bisa beristirahat atau lainnya. Sekolah ini sangat efektif menurut saya, pelajar tidak ada waktu untuk berinteraksi dengan dunia luar karena kesibukan mereka.
Ø  Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dak tidak menuntun.
Ø  Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat.
Ø  Memberikan untuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja
Ø  Memberikan pendidikan mora untuk para pelajar
Ø  Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orang tua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik.
Ø  Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sedang mencari jati diri.
Ø  Memfalisitasi para pelajar agar bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat di waktu luangnya. Contohnya: membentuk ikatan remaja masjid atau karang taruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat.
Tawuran merupakan kegiatan yang menmbulkan dampak negatif bagi pelakunya dan biasanya menimbulkan korban. Tawuran biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara  psikologis, kenakalan remaja yang berupa tawuran ini merupakan wujud konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa remaja. Namun, ada kalanya trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada kenyataannya orang cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum pelaku kenakalan remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya tersebut.
Untuk meminimalisir terjadinya tawuran antar pelajar, yaitu dengan menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Karena emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.
Untuk meminimalisir terjadinya tawuran dengan cara berikut:
o   Prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, dan juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
o   Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya .
o   Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
o   Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan denga siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
o   Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
o   Pemberian ilmu yang bermakna yang terkandung dalam pengetahuan dengan memanfaatkan film-film yang bernuansa moral, media massa ataupun perkembangan teknologi lainnya.
o   Memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman anak-anak yang baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja.
o   Membentuk suasana sekolah yang kondusif, nyaman buat remaja agar dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan remaja.













           

                        

5 komentar: