ARTIKEL SURAT AL-LAIL
Makalah
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Perkuliahan
“AL QUR’AN MI”
Disusun oleh:
Syarifah Nadiyah (D07214021)
Kelas 2A PGMI
Dosen Pengampu:
Sulthon
Mas’ud, S. Ag., M. Pd. I.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
Tahun 2015
AL-LAIL (MALAM)
SURAT KE- 92
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى ﴿١ ﴾
1.
Demi
malam apabila menutupi (cahaya siang)
وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى ﴿ ٢﴾
2.
Dan
siang apabila terag benderang
وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثَى ﴿ ٣﴾
3.
Dan
penciptaan laki-laki dan perempuan
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى ﴿ ٤﴾
4.
Sesungguhnya
usaha kamu memang berbeda-beda
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى ﴿ ٥﴾
5.
Adapun
orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ﴿ ٦﴾
6.
Dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى ﴿ ٧﴾
7.
Maka
kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى ﴿ ٨﴾
8.
Dan
adanya orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup
وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى ﴿ ٩﴾
9.
Serta
mendustakan pahala yang terbaik
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى ﴿ ١٠﴾
10, maka kelak Kami akan menyiapkan
baginya (jalan) yang sukar
وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى ﴿ ١١﴾
11.dan hartanya tidak bermanfaat baginya
apabila ia telah binasa
إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى﴿ ١٢﴾
12. sesungguhnya kewajiban Kamilah
memberi petunjuk
وَإِنَّ لَنَا لَلآخِرَةَ وَالأولَى ﴿ ١٣﴾
13. dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah
Dunia dan Akhirat
فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى ﴿ ١٤﴾
14. maka, Kami memperingatkan kamu
dengan neraka yang menyala-nyala
لا يَصْلاهَا إِلا الأشْقَى ﴿ ١٥﴾
15. tidak ada yang masuk kedalamnya
kecuali orang yag paling celaka
الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى ﴿ ١٦﴾
16. yang mendustakan (kebenaran) dan
berpaling (dari iman)
وَسَيُجَنَّبُهَا الأتْقَى ﴿ ١٧﴾
17. dan kelak akan dijauhkan orang yang
paling takwa dari neraka itu
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى ﴿ ١٨﴾
18. yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya
وَمَا لأحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى ﴿ ١٩﴾
19. padahal tidak ada seseorangpun
memberikan suatu ni’mat kepadanya yang harus dibalasnya
إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الأعْلَى﴿ ٢٠﴾
20. tetapi (dia memberikan itu
semata-mata) karena mencari keridlaan Tuhannya Yang Maha Tinggi
وَلَسَوْفَ يَرْضَى ﴿ ٢١﴾
21. dan kelak dia benar-benar mendapat
kepuasan
ISI KANDUNGAN SURAT AL-LAIL[1]
Al-Lail
termasuk surat Makkiyah. Isi pokoknya menerangkan tentang usaha dalam
menempuh sesuatu sangat beragam cara dan jalannya. Karena itu balasan Allah SWT
yang diberikan kepada mereka pun bervariasi juga. Orang beriman dan bertakwa,
dermawan da santun akan mendapatkan jalan kemudahan dari sisi Allah SWT dalam
menempuh menggapai kebahagiaan hakiki di akhirat nanti. Sebaliknya, orang yang
ingkar, tidakk beriman dan bertakwa, maka akan mendapatkan kesukaran dan
hambatan, hingga ia akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan yang amat dalam.
Yakni akan menjadi penghuni neraka yang abadi. Harta benda yang dahulu
dipuja-puja lagi dibanggakan, sama sekali tidak ada arti. Tidak mendatangka
manfaat sedikit pun.
Pada
hari akhirat semua harta benda dan kedudukan di dunia sama sekali tidak
memberikan pertolongan bagi orang yang tidak bertakwa dan beriman. Orang yang
senantiasa bakhil, merasa berat hati mendermakan hartanya demi meluhurkan agama
Allah, di akhirat tingal menyesali perbuatan sambil menantikan siksa nan keji
dari sisi Allah SWT. Dan yang demikian pula kepada orang yang tidak percaya
terhadap barang gaib, yakni kehidupan setelah kehidupan dunia ini.
Dari
dua puluh satu ayat yang terkandung dalam surat Al-Lail dapat diambil suatu
konklusi, segala amal perbuatan yang dilakukan dengan ketulusan hati,
semata-mata mencari keridlaan Allah SWT sajalah yang dapat mengantarkan
seseorang menggapai kebahagiaan yang hakiki.
Dan orang yang beramal semata-mata mencari keridlaan Allah SWT
senantiasa mendapatkan kemudahan dan pertolongan Allah dalam segala hal yang
dihadapi. Sementara amal yang dilakukan dengan latar belakang pamer dan
sombong, jalan buntu dan kesukaran senantiasa menghadang di tengah jalan. Pada
akhirnya pelakunya pun harus bersemayam dalam api neraka, lantaran tidak pernah
terbersit keikhlasan dalam ulubuk hatinya.
ASBABUN NUZUL SURAT AL-LAIL[2]
Ada seorang pemilik
pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetangga yang fakir. Tetangga itu
mempunyai banyak anak. Setiap kali ia memetik buah kurma, pasti melewati tanah tetangga
tersebut. Bila ada buah kurma yang jatuh di tanah tetangga fakir dan dipungut
anaknya, maka segera ia merampas kurma itu dari tangannya. Bahkan yag sudah
sampai mulut pun sempat dikeluarkan. Kelewatan sudah pelu pemilik kurma
tersebut.
Pada
suatu waktu orang fakir tersebut mengaku kepada Rasulullah SAW tentang
permasalahannya itu. Maka Rasulullah berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian
Beliau menemui pemilik kurma, seraya
bersabda: “Pohon kurma milikmu yang mayangnya menjulur ke rumah fakir
itu berikanlah kepadaku. Sebagai gantinya, kamu akan mendapat pohon kurma di
syurga nanti”. Pemilik pohon kurma menjawab “Hanya sekian itu tawaranmu, wahai
Muhammad Rasulullah. Aku memiliki banyak pohon kurma, dan yang paling lebat
buahnya hanyalah pohon yang kamu minta itu”. Kemudian ia pergi meningalkan
Rasulullah SAW. Pembicaraan Rasulullah SAW itu didengar oleh seorang dermawan
yang kaya raya. Ia langsung menghadap Rasulullah SAW, seraya berkata “Wahai
Rasulullah, apakah tawaran tuan tadi berlau untukku, manakala pohon kurma yang
berada di dekat rumah si fakir itu menjadi milikku?. Jawab Rasulullah “Ya,
berlaku pula untukmu”. Mendengar jawaban Rasulullah SAW, orang dermawan itu
langsung pergi menemui pemilik pohon kurma. Setelah bertemu, pemilik kurma
bertanya: “ apakah kamu mendengar bahwa Muhammad menjanjikan pohon kurma di
Syurga sebagai ganti pohon kurmaku yang mayangnya menjulur ke rumah si fakir
itu. Dan itu pun aku tolak, mengingat buahnya sangat mengagumkan. Padahal aku
memiliki banyak pohon kurma. Tetapi tak satu pun ada yang buahnya menandingi
pohon yang ditawar Muhammad tersebut”. Dermawan berkata ” Apakah kamu akan
menjual pohon kurma itu”. Jawab pemilik pohon kurma yang bakhil “ tidak,
kecuali kecuali ada orang yang bersedia memenuhi keinginanku. Dan aku
berkeyakina tak ada seorang pun yang bersedia menuruti kemauanku itu”. Dermawan
bertanya “ berapakah Kamu inginkan?” jawabnya: “ Aku menginginkan ditukar
dengan empat puluh pohon kurma”. Kemudian dermawan itu terdiam sejenak, dan
berkata lagi: “Kamu meminta sesuatu yang bukan-bukan. Tapi, baiklah aku turuti
apa yang menjadi kehendakmu. Datangkanlah saksi untuk menyaksikan penandatangan
transaksi ini. Aku telah menukar pohon kurmamu yang satu ini dengan empat puluh
pohon kurma milikku”. Maka orang bakhil itu pun memanggil sahabat-sahabatnya
untuk diangkat saksi dalam transaksi tersebut.
Setelah
proses transaksi selesai, si dermawan langsung menghadap Rasulullah SAW, seraya
berkata: “ Wahai Rasulullah, pohon yang Kau maksudkan itu telah menjadi hak milikku
sepenuhnya. Selanjutnya mulai saat ini aku serahkan kepadamu”. Setelah menerima
penyerahan orang dermawan tersebut, maka Rasulullah SAW segera bergegas ke
rumah orang fakir itu. Sesampai di rumahnya, Rasulullah SAW besabda “ ambillah hasil pohon kurma itu
untukmu beserta keluargamu!”. Maka si fakir pun menerimanya dengan segala
senang hati dan bersembah syukur kepada Rasulullah SAW. Peristiwa yang sagat
tragis ini telah melatar belakangi turunnya ayat-ayat yang terkandung dalam
surat Al-Lail. Diturunkan sebagai perintah Rasulullah SAW agar memikirkan nasib
orang-orang fakir miskin, disambing sebagai peringatan orang-orang bakhil.
Balasan bagi dermawan adalah syurga, sedang bagi si bakhil neraka.
(HR.
Ibnu Hatim dan yang lain dari Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas).
Abu
Bakar As-Shiddiq telah memerdekakan tujuh orang hamba sahaya yang disiksa
pemiliknya lantaran budak-budak itu beriman kepada Allah SWT. Berkenaan dengan
peritiwa itu, Allah SWT menurunkan ayat ke-17 sampai dengan ke-1 dari surat
Al-Lail. Yakni sebagai janji Allah SWT kepada para hamba-Nya yang dermawan,
senantiasa menafkahkan hartanya demi kepentingan meluhurkan agama-Nya.
HR Ibnu
Abi Hatim dari Urwah)
Abu Quhafah
(Ayah Abu Bakar) pada suatu waktu berkata kepada Abu Bakar: “ Aku melihat kamu
memerdekakan budak-budak yang sangat lemah. Sekiranya kamu memerdekakan budak
yang gagah perkasa, tentu mereka akan membelamu, wahai anakku”. Jawab Abu Bakar
: “ Wahai ayahku, aku berharap apa yang di sisi Allah SWT, buka yang lain”. Sehubungan
dengan peristiwa ini, maka Allah SWT menurunkan ayat ke-5 sampai dengan ayat
ke-21 dari surat Al-Lail, yang secara tegas memberikan keterangan bahwa orang
yang dermawan akan mendapat pahala besar di sisi Allah” .
(HR.
Hakim dari Amir bin Abdillah bin Zubair dari ayahnya bernama Zubair)
Ayat
ke-19 sampai denagn ayat ke-21 dari surat Al-Lail diturunkan berkenaan dengan
sifat dermawan yang dimiliki Abu Bakar As-Shiddiq.
(HR.
Bazzar dari Ibnu Zubair)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar