Rabu, 01 Juli 2015

SURAT AL-LAIL


ARTIKEL SURAT AL-LAIL

Makalah Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Perkuliahan
AL QUR’AN MI

Description: LOGO UIN

Disusun oleh:
               Syarifah Nadiyah  (D07214021)
Kelas 2A PGMI 


Dosen Pengampu: 
Sulthon Mas’ud, S. Ag., M. Pd. I.  


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Tahun 2015



AL-LAIL (MALAM)
SURAT KE- 92

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى ﴿١ ﴾
1.      Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)
وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى ﴿ ٢
2.      Dan siang apabila terag benderang
وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثَى ﴿ ٣﴾
3.      Dan penciptaan laki-laki dan perempuan
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى ﴿ ٤﴾
4.      Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى ﴿ ٥
5.      Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ﴿ ٦﴾
6.      Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى ﴿ ٧﴾
7.      Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى ﴿ ٨﴾
8.      Dan adanya orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup
وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى ﴿ ٩﴾
9.      Serta mendustakan pahala yang terbaik
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى ﴿ ١٠﴾
10, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar
وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى ﴿ ١١﴾
11.dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa
إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى﴿ ١٢﴾
12. sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk 
وَإِنَّ لَنَا لَلآخِرَةَ وَالأولَى ﴿ ١٣﴾
13. dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah Dunia dan Akhirat
فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى ﴿ ١٤﴾
14. maka, Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala
لا يَصْلاهَا إِلا الأشْقَى ﴿ ١٥﴾
15. tidak ada yang masuk kedalamnya kecuali orang yag paling celaka
الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى ﴿ ١٦﴾
16. yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman)
وَسَيُجَنَّبُهَا الأتْقَى ﴿ ١٧﴾
17. dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى ﴿ ١٨﴾
18. yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya                                  
وَمَا لأحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى ﴿ ١٩
19. padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu ni’mat kepadanya yang harus dibalasnya
إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الأعْلَى﴿ ٢٠﴾
20. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridlaan Tuhannya Yang Maha Tinggi     
وَلَسَوْفَ يَرْضَى ﴿ ٢١﴾
21. dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan






ISI KANDUNGAN SURAT AL-LAIL[1]

            Al-Lail termasuk surat Makkiyah. Isi pokoknya menerangkan tentang usaha dalam menempuh sesuatu sangat beragam cara dan jalannya. Karena itu balasan Allah SWT yang diberikan kepada mereka pun bervariasi juga. Orang beriman dan bertakwa, dermawan da santun akan mendapatkan jalan kemudahan dari sisi Allah SWT dalam menempuh menggapai kebahagiaan hakiki di akhirat nanti. Sebaliknya, orang yang ingkar, tidakk beriman dan bertakwa, maka akan mendapatkan kesukaran dan hambatan, hingga ia akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan yang amat dalam. Yakni akan menjadi penghuni neraka yang abadi. Harta benda yang dahulu dipuja-puja lagi dibanggakan, sama sekali tidak ada arti. Tidak mendatangka manfaat sedikit pun.
            Pada hari akhirat semua harta benda dan kedudukan di dunia sama sekali tidak memberikan pertolongan bagi orang yang tidak bertakwa dan beriman. Orang yang senantiasa bakhil, merasa berat hati mendermakan hartanya demi meluhurkan agama Allah, di akhirat tingal menyesali perbuatan sambil menantikan siksa nan keji dari sisi Allah SWT. Dan yang demikian pula kepada orang yang tidak percaya terhadap barang gaib, yakni kehidupan setelah kehidupan dunia ini.
            Dari dua puluh satu ayat yang terkandung dalam surat Al-Lail dapat diambil suatu konklusi, segala amal perbuatan yang dilakukan dengan ketulusan hati, semata-mata mencari keridlaan Allah SWT sajalah yang dapat mengantarkan seseorang menggapai kebahagiaan yang hakiki.  Dan orang yang beramal semata-mata mencari keridlaan Allah SWT senantiasa mendapatkan kemudahan dan pertolongan Allah dalam segala hal yang dihadapi. Sementara amal yang dilakukan dengan latar belakang pamer dan sombong, jalan buntu dan kesukaran senantiasa menghadang di tengah jalan. Pada akhirnya pelakunya pun harus bersemayam dalam api neraka, lantaran tidak pernah terbersit keikhlasan dalam ulubuk hatinya.










ASBABUN NUZUL SURAT AL-LAIL[2]

            Ada seorang pemilik pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetangga yang fakir. Tetangga itu mempunyai banyak anak. Setiap kali ia memetik buah kurma, pasti melewati tanah tetangga tersebut. Bila ada buah kurma yang jatuh di tanah tetangga fakir dan dipungut anaknya, maka segera ia merampas kurma itu dari tangannya. Bahkan yag sudah sampai mulut pun sempat dikeluarkan. Kelewatan sudah pelu pemilik kurma tersebut.
            Pada suatu waktu orang fakir tersebut mengaku kepada Rasulullah SAW tentang permasalahannya itu. Maka Rasulullah berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian Beliau menemui pemilik kurma, seraya  bersabda: “Pohon kurma milikmu yang mayangnya menjulur ke rumah fakir itu berikanlah kepadaku. Sebagai gantinya, kamu akan mendapat pohon kurma di syurga nanti”. Pemilik pohon kurma menjawab “Hanya sekian itu tawaranmu, wahai Muhammad Rasulullah. Aku memiliki banyak pohon kurma, dan yang paling lebat buahnya hanyalah pohon yang kamu minta itu”. Kemudian ia pergi meningalkan Rasulullah SAW. Pembicaraan Rasulullah SAW itu didengar oleh seorang dermawan yang kaya raya. Ia langsung menghadap Rasulullah SAW, seraya berkata “Wahai Rasulullah, apakah tawaran tuan tadi berlau untukku, manakala pohon kurma yang berada di dekat rumah si fakir itu menjadi milikku?. Jawab Rasulullah “Ya, berlaku pula untukmu”. Mendengar jawaban Rasulullah SAW, orang dermawan itu langsung pergi menemui pemilik pohon kurma. Setelah bertemu, pemilik kurma bertanya: “ apakah kamu mendengar bahwa Muhammad menjanjikan pohon kurma di Syurga sebagai ganti pohon kurmaku yang mayangnya menjulur ke rumah si fakir itu. Dan itu pun aku tolak, mengingat buahnya sangat mengagumkan. Padahal aku memiliki banyak pohon kurma. Tetapi tak satu pun ada yang buahnya menandingi pohon yang ditawar Muhammad tersebut”. Dermawan berkata ” Apakah kamu akan menjual pohon kurma itu”. Jawab pemilik pohon kurma yang bakhil “ tidak, kecuali kecuali ada orang yang bersedia memenuhi keinginanku. Dan aku berkeyakina tak ada seorang pun yang bersedia menuruti kemauanku itu”. Dermawan bertanya “ berapakah Kamu inginkan?” jawabnya: “ Aku menginginkan ditukar dengan empat puluh pohon kurma”. Kemudian dermawan itu terdiam sejenak, dan berkata lagi: “Kamu meminta sesuatu yang bukan-bukan. Tapi, baiklah aku turuti apa yang menjadi kehendakmu. Datangkanlah saksi untuk menyaksikan penandatangan transaksi ini. Aku telah menukar pohon kurmamu yang satu ini dengan empat puluh pohon kurma milikku”. Maka orang bakhil itu pun memanggil sahabat-sahabatnya untuk diangkat saksi dalam transaksi tersebut.
            Setelah proses transaksi selesai, si dermawan langsung menghadap Rasulullah SAW, seraya berkata: “ Wahai Rasulullah, pohon yang Kau maksudkan itu telah menjadi hak milikku sepenuhnya. Selanjutnya mulai saat ini aku serahkan kepadamu”. Setelah menerima penyerahan orang dermawan tersebut, maka Rasulullah SAW segera bergegas ke rumah orang fakir itu. Sesampai di rumahnya, Rasulullah SAW  besabda “ ambillah hasil pohon kurma itu untukmu beserta keluargamu!”. Maka si fakir pun menerimanya dengan segala senang hati dan bersembah syukur kepada Rasulullah SAW. Peristiwa yang sagat tragis ini telah melatar belakangi turunnya ayat-ayat yang terkandung dalam surat Al-Lail. Diturunkan sebagai perintah Rasulullah SAW agar memikirkan nasib orang-orang fakir miskin, disambing sebagai peringatan orang-orang bakhil. Balasan bagi dermawan adalah syurga, sedang bagi si bakhil neraka.
(HR. Ibnu Hatim dan yang lain dari Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas).

            Abu Bakar As-Shiddiq telah memerdekakan tujuh orang hamba sahaya yang disiksa pemiliknya lantaran budak-budak itu beriman kepada Allah SWT. Berkenaan dengan peritiwa itu, Allah SWT menurunkan ayat ke-17 sampai dengan ke-1 dari surat Al-Lail. Yakni sebagai janji Allah SWT kepada para hamba-Nya yang dermawan, senantiasa menafkahkan hartanya demi kepentingan meluhurkan agama-Nya.
HR Ibnu Abi Hatim dari Urwah)

Abu Quhafah (Ayah Abu Bakar) pada suatu waktu berkata kepada Abu Bakar: “ Aku melihat kamu memerdekakan budak-budak yang sangat lemah. Sekiranya kamu memerdekakan budak yang gagah perkasa, tentu mereka akan membelamu, wahai anakku”. Jawab Abu Bakar : “ Wahai ayahku, aku berharap apa yang di sisi Allah SWT, buka yang lain”. Sehubungan dengan peristiwa ini, maka Allah SWT menurunkan ayat ke-5 sampai dengan ayat ke-21 dari surat Al-Lail, yang secara tegas memberikan keterangan bahwa orang yang dermawan akan mendapat pahala besar di sisi Allah” .
(HR. Hakim dari Amir bin Abdillah bin Zubair dari ayahnya bernama Zubair) 

            Ayat ke-19 sampai denagn ayat ke-21 dari surat Al-Lail diturunkan berkenaan dengan sifat dermawan yang dimiliki Abu Bakar As-Shiddiq.
(HR. Bazzar dari Ibnu Zubair)
                                                                                                                                  








[1] A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an SURAT Al-Baqarah-An-Nas, (cet. 1, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), h. 912-913
[2] Ibid, hal 913-915
v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar